04.54

Bagaimana Anda Mampu Dan Kuat Bekerja


Bagaimana seseorang tahan berjam-jam bekerja seolah tak mengenal
lelah? Apapula rahasia pekerja rig lepas pantai yang meninggalkan anak
istri bertarung dengan angin dan badai? Bagaimana jika dengan para
petani, nelayan, kuli, supir angkutan, pekerja berat yang tahan membanting
tulang ditengah terik panas atau dingin malam? Kekuatan apa yang
mendorong mereka begitu kuat secara fisik dan tangguh secara mental?
Sedangkan di sudut sempit yang lain, banyak orang mengeluh karena
persoalan yang tak lebih besar dari ujung kuku.

Kekuatan itu bernama cinta. Cinta yang melahirkan harapan dan pengabdian
bagi kepada siapakah mereka mempersembahkan hasil kerja mereka;
kepada keluarga nun jauh disana; kepada masyarakat banyak yang
membutuhkan karya mereka; kepada alam yang mengasuh mereka; kepada
masa depan kehidupan yang sejahtera; atau kepada hati tempat cinta itu
mengalir.

Bila anda berkeluh kesah hanya karena harus memperpanjang waktu kerja
anda beberapa jam saja, maka kenanglah punggung bungkuk seorang kakek
yang menarik sampah kota ini. Beliau memiliki sesuatu yang kita cintai,
yang kepadanya ia ulurkan kerja. Kepada beliau kita belajar pengabdian
atas nama cinta.

GBU Allways..

05.12

Hati Yang Sempurna



Pada suatu hari, seorang pemuda berdiri di tengah kota dan menyatakan
bahwa dialah pemilik hati yang terindah di kota itu. Banyak orang kemudian
berkumpul dan mereka semua mengagumi hati pemuda itu, karena memang
benar-benar sempurna. Tidak ada satu cacat atau goresan sedikitpun di
hati pemuda itu. Pemuda itu sangat bangga dan mulai menyombongkan
hatinya yang indah.

Tiba-tiba, seorang lelaki tua menyeruak dari kerumunan, tampil ke depan
dan berkata "Mengapa hatimu masih belum seindah hatiku ?".
Kerumunan orang-orang dan pemuda itu melihat pada hati pak tua itu. Hati
pak tua itu berdegup dengan kuatnya, namun penuh dengan bekas luka,
dimana ada bekas potongan hati yang diambil dan ada potongan yang lain
ditempatkan di situ; namun tidak benar-benar pas dan ada sisi-sisi
potongan yang tidak rata. Bahkan, ada bagian-bagian yang berlubang
karena dicungkil dan tidak ditutup kembali. Orang-orang itu tercengang
dan berpikir, bagaimana mungkin pak tua itu mengatakan bahwa hatinya
lebih indah?



Pemuda itu melihat kepada pak tua itu, memperhatikan hati yang
dimilikinya dan tertawa "Anda pasti bercanda, pak tua", katanya.
"Bandingkan hatimu dengan hatiku, hatiku sangatlah sempurna sedangkan
hatimu tak lebih dari kumpulan bekas luka dan cabikan".
"Ya", kata pak tua itu," Hatimu kelihatan sangat sempurna meski demikian
aku tak akan menukar hatiku dengan hatimu. Lihatlah, setiap bekas luka ini
adalah tanda dari orang-orang yang kepadanya kuberikan kasihku, aku
menyobek sebagian dari hatiku untuk kuberikan kepada mereka, dan
seringkali mereka juga memberikan sesobek hati mereka untuk menutup
kembali sobekan yang kuberikan.

Namun karena setiap sobekan itu tidaklah sama, ada bagian-bagian yang
kasar, yang sangat aku hargai, karena itu mengingatkanku akan cinta kasih
yang telah bersama-sama kami bagikan. Adakalanya, aku memberikan
potongan hatiku begitu saja dan orang yang kuberi itu tidak membalas
dengan memberikan potongan hatinya. Hal itulah yang meninggalkan
lubang-lubang sobekan memberikan cinta kasih adalah suatu kesempatan.
Meskipun bekas cabikan itu menyakitkan, mereka tetap terbuka, hal itu
mengingatkanku akan cinta kasihku pada orang-orang itu, dan aku
berharap, suatu ketika nanti mereka akan kembali dan mengisi lubanglubang
itu. Sekarang, tahukah engkau keindahan hati yang sesungguhnya
itu?"

Pemuda itu berdiri membisu dan airmata mulai mengalir di pipinya. Dia
berjalan ke arah pak tua itu, menggapai hatinya yang begitu muda dan
indah, lalu merobeknya sepotong. Pemuda itu memberikan robekan hatinya
kepada pak tua dengan tangan-tangan yang gemetar. Pak tua itu menerima
pemberian itu, menaruhnya di hatinya dan kemudian mengambil sesobek
dari hatinya yang sudah amat tua dan penuh luka, kemudian
menempatkannya untuk menutup luka di hati pemuda itu. Sobekan itu pas,
tetapi tidak sempurna, karena ada sisi-sisi yang tidak sama rata.

Pemuda itu melihat ke dalam hatinya, yang tidak lagi sempurna tetapi kini
lebih indah dari sebelumnya, karena cinta kasih dari pak tua itu telah
mengalir ke dalamnya. Mereka berdua kemudian berpelukan dan berjalan
beriringan.

GBU All Always

19.24

Pentingkah Kegereja ?


Nenek Granny sedang menyambut cucu-cucunya pulang dari sekolah.
Mereka adalah anak-anak muda - anak muda yang sangat cerdas dan sering
menggoda nenek mereka.
Kali ini, Tom mulai menggoda dia dengan berkata, "Nek, apakah nenek masih
pergi ke gereja pada hari minggu?"

"Tentu!"
"Apa yang nenek peroleh dari gereja? Apakah nenek bisa memberitahu kami
tentang Injil minggu lalu..?"
"Tidak, nenek sudah lupa. Nenek hanya ingat bahwa nenek menyukainya. "
"Lalu apa khotbah dari pastor?"
"Nenek tidak ingat. Nenek sudah semakin tua dan ingatan nenek melemah.
Nenek hanya ingat bahwa ia telah memberikan khotbah yang memberi kekuatan,
Nenek menyukai khotbah itu."
Tom menggoda, "Apa untungnya pergi ke gereja jika nenek tidak mendapatkan
sesuatu dariNya?"

Nenek itu terdiam oleh kata-kata itu dan ia duduk di sana termenung.
Dan anak-anak lain tampak menjadi malu.
Kemudian nenek itu berdiri dan keluar dari ruangan tempat mereka semua
duduk, dan berkata, "Anak-anak, ayo ikut nenek ke dapur."

Ketika mereka tiba di dapur, dia mengambil tas rajutan dan memberikannya
kepada Tom sambil berkata, "Bawalah ini ke mata air, dan isilah dengan air,
lalu bawa kemari!"
"Nenek, apa nenek tidak sedang melucu?
Air didalam tas rajutan....!
"Nek, apa ini bukan lelucon?" tanya Tom.
"Tidak.., lakukanlah seperti yang kuperintahkan.
Saya ingin memperlihatkan kepadamu sesuatu."

Maka Tom berlari keluar dan dalam beberapa menit ia kembali dengan tas yang
bertetes-teskan ..
"Lihat,nek," katanya. "Tidak ada air di dalamnya."
"Benar," katanya.
"Tapi lihatlah betapa bersihnya tas itu sekarang.

"Wahai Saudaraku, tidak pernah kamu ke gereja tanpa mendapatkan sesuatu yang baik,
meskipun kamu tidak mengetahuinya. "

06.38

Enggan Melepaskan

Suatu hari, seorang anak balita sedang asyik bermain pasir di pantai ditemani ayahnya. Lalu, datanglah penjaja es krim. Sang ayah segera membeli sebuah untuk anaknya. Namun, ketika melihat mulut anaknya penuh pasir, ia pun urung memberikan es krim itu. “Ayo, Sayang, buang dulu kotoran itu dari mulutmu. Ayah punya sesuatu yang lebih baik untukmu!” Kisah ini ditulis oleh Max Lucado, ayah dari anak itu, dalam bukunya Just Like Jesus (Gloria Graffa). Ia berkata, ”Saya tak akan memberinya es krim sebelum ia membersihkan mulutnya, sebab saya mengasihinya. Saya tidak ingin ia makan es krim bercampur pasir!”

Tuhan menawarkan kepada kita sesuatu yang lebih baik. Hidup baru yang dipenuhi kasih, damai, dan berkat. Namun, sebelum bisa menerimanya, kita perlu membersihkan diri lebih dulu dari ”pasir” dosa. Tindak asusila, hawa nafsu, fitnah, dan perkataan kotor, bagaikan pasir yang memenuhi mulut. Rasul Paulus menyebutnya sebagai kelakuan manusia lama yang harus ditanggalkan. Setelah itu baru kita dapat mencicipi indahnya hidup dengan kelakuan manusia baru (ayat 12). Sama seperti es krim tidak enak dimakan bersama pasir, gaya hidup lama juga tidak bisa kita campur dengan gaya hidup manusia baru. Yang lama harus ditanggalkan, supaya yang baru bisa kita kenakan.

Lihatlah kembali buah rohani orang-orang pilihan Allah yang ditulis Paulus di ayat 12-15. Apakah ada di antaranya yang belum mewujud dalam diri Anda? Apa penyebabnya? Apakah karena masih ada sisa-sisa kelakuan manusia lama yang enggan Anda lepaskan?

Hidup kudus adalah keharusan, bukan pilihan

Sumber : http://www.renunganharian.net/utama.php?tanggalnya=2010-04-1